Rabu, 12 Oktober 2011

Pendidikan Agama pada Perguruan Tinggi dan Pembangunan Nasional

  • Peran penting agama atau nilai-nilai agama dalam bahasan ini berfokus pada lingkungan lembaga pendidikan, khususnya perguruan tinggi. Salah satu mata kuliah dalam lembaga pendidikan di perguruan tinggi, yang sangat berkaitan dengan perkembangan moral dan perilaku adalah Pendidikan Agama. Mata kuliah Pendidikan Agama pada perguruan tinggi termasuk ke dalam kelompok MKU (Mata Kuliah Umum) yaitu kelompok mata kuliah yang menunjang pembentukan kepribadian dan sikap sebagai bekal mahasiswa memasuki kehidupan bermasyarakat. Mata kuliah ini merupakan pendamping bagi mahasiswa agar bertumbuh dan kokoh dalam moral dan karakter agamaisnya sehingga ia dapat berkembang menjadi cendekiawan yang tinggi moralnya dalam mewujudkan keberadaannya di tengah masyarakat. 
  • Tujuan mata kuliah Pendidikan Agama pada Perguruan Tinggi ini amat sesuai dengan dasar dan tujuan pendidikan nasional dan pembangunan nasional. GBHN 1988 menggariskan bahwa pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila “bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil serta sehat jasmani dan rohani… dengan demikian pendidikan nasional akan membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.  
  • Kualitas manusia yang ingin dicapai adalah kualitas seutuhnya yang mencakup tidak saja aspek rasio, intelek atau akal budinya dan aspek fisik atau jasmaninya, tetapi juga aspek psikis atau mentalnya, aspek sosial yaitu dalam hubungannya dengan sesama manusia lain dalam masyarakat dan lingkungannya, serta aspek spiritual yaitu dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta. Pendidikan Tinggi merupakan arasy tertinggi dalam keseluruhan usaha pendidikan nasional dengan tujuan menghasilkan sarjana-sarjana yang profesional, yang bukan saja berpengetahuan luas dan ahli serta terampil dalam bidangnya, serta kritis, kreatif dan inovatif, tetapi juga  beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berkepribadian nasional yang kuat, berdedikasi tinggi, mandiri dalam sikap hidup dan pengembangan dirinya, memiliki rasa solidaritas sosial yang tangguh dan berwawasan lingkungan. Pendidikan nasional yang seperti inilah yang diharapkan akan membawa bangsa kita kepada pencapaian tujuan pembangunan nasional yakni “…masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual...” 
  • Hadirin yang saya muliakan, Kualitas manusia dalam spiritualitas  (hubungan dengan Tuhan) dan dalam aspek sosial (hubungan dengan sesama manusia lain dan lingkungannya), yang menjadi syarat tercapainya  tujuan pembangunan nasional, hanya dapat dicapai lewat partisipasi agama atau pendidikan agama.  

Agama dan Perkembangan Moral Serta Perilaku

  • Cukup jelas dari bahasan di atas, bahwa perkembangan moral dan perilaku  individu-individu masyarakat manusia bukan karena proses-proses yang bersifat kodrati, tetapi lewat proses yang disebut proses belajar (learning process), yang menurut istilah teknis sosiologi disebut “proses sosiologis”. 
  • Perkembangan moral dan perilaku itu ditentukan oleh lingkungan seumur hidupnya yang menurut Koentjaraningrat serba berpranata, serba bersistem atau mengandung norma-norma sosial yang terorganisir dan mengatur setiap perilaku warga masyarakat. Salah satu dari antara sekian banyak pranata sosial itu adalah pranata agama. Agama sebagai pranata sosial berperan sangat penting dalam mempengaruhi perilaku para penganutnya dalam kehidupan sehari-hari.
  •  Memang teori tentang apa agama dan apa fungsi agama juga banyak dan bermacam-macam. Banyak pemikir yang membuat defenisi agama dengan berfokus pada fungsinya dalam kehidupan ibadah semata. Max Muller
  • dalam defenisinya memberi penekanan pada a perception of the Infinite, Edward Taylor
  • pada the belieft of spiritual beingsdan Herbert Spencer
  •  pada  ancestors worship.  Bahkan kerapkali agama dituduh sebagai penghambat kemajuan manusia, mempertinggi fanatisme, takhayul dan kesia-siaan. Tetapi sebagai salah satu pranata sosial, seperti dikemukakan di atas, peran agama sebagai sumber moral dan kaidah sosial tak dapat disangkal. Bahkan Emile Durkheim, seorang atheist, dalam banyak tulisannya, berulang kali menegaskan sumbangan positif agama 
  • Tiap zaman selalu memiliki perkembangannya, demikian juga era global. Di era global perkembangan pesat telah terjadi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada gelombang pertama perkembangan ini berfokus dalam sektor pertanian dan pada gelombang kedua dalam sektor industri. Perkembangan ini disebut Alvin Toeffler “revolusi industri” yang di satu pihak memang dapat dikatakan berhasil karena perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi di negara-negara industri maju (Barat modern, tetapi di lain pihak perkembangan ini juga menghadirkan hal-hal negatif.
  • sumber:usu 

Perkembangan Moral dan Perilaku

  • Lawrence Kohlberg, seorang profesor pendidikan dan psikologi sosial dari Universitas Harvard berdasarkan penelitiannya, menyatakan bahwa proses  perkembangan moral dan perilaku pada setiap manusia tidak pernah selesai, sejak dari dalam kandungan sampai akhir hayat.
  • Ada banyak teori tentang proses perkembangan moral dan perilaku tersebut. Teori-teori pada abad 19 tentang perilaku manusia (psikoanalisis) amat  dipengaruhi oleh pandangan positivisme yang mendasari fisika dan biologi, yaitu bahwa manusia sebagai makhluk biologis adalah sistem kompleks energi yang memelihara diri dalam hubungannya dengan dunia luar. Tujuan memelihara diri ini adalah untuk mempertahankan diri dan mempertahankan jenis menurut hukum evolusi. Pada periode ini dikenal Mazhab Italia, Morfologi Konstitusional: Mazhab Perancis, Morfologi Konstitusional di Jerman: Tipologi Kretschmer, Psikologi Konstitusional di Amerika Serikat: Teori W.H.Sheldon.
  •  Tetapi pada akhir abad 19, muncul teori-teori lain, yang dipengaruhi oleh sosiologi dan antropologi yang sangat berkembang pada saat itu. Sangat ditonjolkan dalam ilmu sosial bahwa manusia adalah terutama makhluk sosial ketimbang makhluk biologis. Jadi manusia itu adalah terlebih-lebih hasil masyarakat yang menjadi lingkungannya atau masyarakat dimana dia hidup. Pendekatan ini disebut psikologi sosial.  Alfred Alder, bapak  Individual Psychology mempergunakan pendekatan psikologi sosial dalam bahasannya tentang perkembangan moral dan perilaku seseorang. Menurutnya ada dua dorongan pokok di dalam diri manusia yang melatarbelakangi segala tingkah lakunya, yaitu dorongan keakuan dan dorongan kemasyarakatan. Dikemukakan bahwa konkretnya dorongan kemasyarakatan itu berbentuk koperasi, hubungan sosial, hubungan antar pribadi, hubungan dengan kelompok, dll. Dalam arti yang lebih luas dorongan kemasyarakatan ini merupakan dorongan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat dan membantu masyarakat yangmenjadi lingkungan seseorang guna mencapai tujuan yang sempurna.
  •  Hal yang bersamaan dikemukakan Edwards Lee Thorndike, seorang penganut paham  psikologi behavior. Kalau Adler memakai istilah “dorongan masyarakat”, Thorndike menonjolkan kata “belajar” di dalam menjelaskan latar belakang tingkah laku seseorang, yang menurutnya merupakanterbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa dalam lingkungan seseorang yang disebutnya “stimulus” (S) dengan respons (R) yang diberikan terhadap stimulus tersebut.